Minggu, 07 November 2010

Strategic Analisys

Khwarizm dan Mongol; Analisis perang


Latar belakang. Kwarizm adalah sebuah Negara Besar yang memiliki wilayah Iran dan sebagian besar Afganistan, Kwarizm dipimpin oleh Shah Muhammad II. Ibukota Kwarizm adalah Samark land, yang merupakan symbol kekuasaan, kekuatan dan pengaruhnya. Dari kota ini Kwarizm mengembangkan perdagangan sepanjang route yang menghasilkan kekayaan.

Pada tahun 1218, Shah Muhamad II menerima kunjungan utusan yang menyampaikan pesan penting dari Genhis Khan, kaisar wilayah Timur. Utusan tersebut membawa hadiah sebagai bentuk perhatian dan yang lebih penting menyampaikan penawaran untuk membuka kembali jalur perdagangan yang sangat menguntungkan yang menghubungkan China dengan Eropa. Shah pada saat itu mengisyaratkan menyetujui permintaan Genhis Khan dan semenjak Mongol membuat semuanya menjadi lebih terbuka, Shah sebagai kepala Negara setuju menjadikan Mongol sebagai Mitra dagang yang sangat diperhitungkan.


Beberapa bulan kemudian, sebuah caravan dari Mongol datang di kota Otrar untuk berbelanja barang – barang mewah untuk kepentingan Istana Mongol. Tetapi Gubernur Otrar mencurigai, bahwasanya pedagang yang membawa karavan tersebut adalah mata-mata. Pedagang itu dibunuh dan menguasai semua barang dagangan yang diperoleh dari barter. Mendengar Kebiadaban itu, Genghis Khan mengirimkan utusan menghadap Shah dengan dikawal 2 orang prajurit, menuntut Shah agar meminta maaf. Tuntutan itu membuat Shah marah dan memotong kepala utusan itu dan mengirim kembali kepada Genhis Khan.

Perang......

Shah tidak takut karena merasa memiliki kekuatan besar, kavalery turkistan yang terlatih dengan kekuatan 400.000 personel, paling tidak 2 kali lipat kekuatan musuh. Dengan menghancurkan mongol dalam pertempuran, shah akan mengambil alih wilayah Mongol. Shah berasumsi, Mongol akan menyerang Tranxosiana negara bagian paling timur kekaisaran Shah. Perbatasan bagian timur 500 mil disepanjang sungai Dar’ya, disebelah utara adalah Kizil Kum dan kearah barat adalah Amu Sungai Dar’ya. Di Transxosiana, terdapat dua kota penting yaitu Samarkland dan Burkhara. Shah memutuskan untuk mendirikan penjagaan perbatasan disepanjang Dar’ya, dimana diperkirakan menjadi jalan pasukan Genghis khan menuju kekaisaran Shah. Tentara Khan tidak dapat menggunakan jalur utara karena gurun yang tidak dapat dilewati , melalui selatan berarti jalan memutar sangat jauh. Shah menempatkan pasukan besar di Traxosiana, yang dapat dikerahkan sewaktu –waktu bila dibutuhkan. Mereka memiliki posisi pertahanan yang tidak dapat direbut dengan kekuatan yang sangat besar. Dengan menggelar posisi pertahanan disepanjang wilayah ini, pasukan Shah menunggu Pasukan mongol tiba dan akan menindas mereka.

Pada musim panas 1219, pengintai Mongol melaporkan bahwa pasukan Khan, mendekat bagian selatan diujung Sungai Dar’ya, melalui lembah Fergana. Shah mengerahkan kekuatan besar yang dipimpin Jalal ad Din untuk menghancurkan musuh. Setelah terjadi petempuran sengit, pasukan Khan dapat dipukul mundur. Jalal laporan bahwa pasukan sudah dikalahkan dan mengatakan bahwa pasukan musuh tidak berarti baginya, karena mereka melihat pasukan Khan, seperti pasukan yang lemah, kurus dan kudanya juga kurus, tidak bersemangat dan seperti pasukan yang tidak ingin bertempur. Shah percaya atas laporan tersebut dan pasukan menganggap Khan bukan tandingan tentaranya. Shah mengangkut tentaranya dan menutup penjagaan diselatan, selanjutnya menunggu.

Kecepatan pasukan menentukan kemenangan. Beberapa bulan kemudian, batalyon Mongol, tanpa diketahui menerobos dari utara menyerang kota Otrat dan menangkap gubernurnya, orang yang melakukan kebiadaban terhadap pedagang Mongol. Gubernur itu dibunuh dengan menuangkan cairan perak panas ke mata dan telinga Gubernur itu.

Pasukan Mongol menggunakan kekuatan dalam bentuk pasukan berkuda dan juga membawa kuda cadangan, yang siap mengganti bila kuda tunggangnya lelah, bekal dibawa masing-masing dan persediaan minum dengan air susu kuda dan darah kuda. Bekal tersedia cukup karena kuda juga menjadi bagian dari bekal pasukan, kuda yang sudah lemah akan dibunuh dan dimakan. Kecepatan gerak pasukan mongol dua kali lipat kecepatan pasukan Shah, karena Shah menggunakan pasukan kavalery dengan mengunakan karavan, yang tidak dapat melintasi medan-medan yang sulit dan menyebabkan bergerak relatif lebih lambat.

Pasukan mongol bergerak dan dikerahkan ke semua kota dengan cepat dan tidak diperhitungkan oleh Shah sehingga sulit diantisipasi. Sementara pasukan Shah baru bergerak setelah menerima laporan munculnya pasukan mongol, sehingga butuh waktu menuju posisi musuh. Pasukan Mongol melakukan serangan lebih cepat, mereka sudah berhasil membakar benteng dan melampiaskan dendam, tanpa perlawanan yang berarti, kerena kekuatan pasukan shah tidak siaga.
Pasukan Mongol bergerak dengan koordinasi sangat baik, komunikasi dengan isyarat yang sangat dimengerti antar pasukan, yang tidak difahami oleh pasukan Shah, sehingga arah gerakan pasukan Mongol sulit diantisipasi. Pasukan Shah yang pernah menang di Fergana tidak berkutik menghadapi pasukan Khan yang menggunakan panah yang dapat menembus pakaian pelindung, menggunakan kabut asap untuk melindungi gerakan pasukan.
Karena menghadapi situasi yang berat, Shah mundur dan mencoba untuk menyusun kembali pasukannya, kearah barat. Tetapi di Luar Kota Bukhara, telah menunggu Pasukan Mongol yang dipimpin langsung Oleh Khan, yang tidak diketahui kapan dan dari mana datangnya. Shah mau lari ke utara, tetapi tidak bisa karena gurun sehingga tidak bisa menuju Kizil. Dalam beberapa hari Bukhara dijatuhkan dan selanjutnya Samarkland juga diruntuhkan, membuat prajurit shah desersi/ melarikan diri dan para perwira Shah panik. Shah sangat ketakutan dan melarikan diri dengan kawalan pasukan kecil, dikejar pasukan Mongol. Beberapa bulan kemudian Shah menjadi gembel dan mengemis disebuah pulau casapea, dan akhirnya mati kaarena kelaparan. Seorang Kaisar yang kaya raya akhirnya mati seperti gelandangan.


Analisis Startegy. Dalam perang, kecepatan sangat menentukan, gerakan diluar dugaan/pendadakan, menggunakan rute yang tidak terduga, merupakan strategy yang sangat menguntungkan untuk memenangkan perang. Sementara kekuatan besar, dengan type yang sejenis, menggunakan alat angkut dan perlengkapan yang berat, menyebabkan gerakan pasukan menjadi lambat dan tidak dapat melintasi semua bentuk medan.

Besarnya pasukan bukan ukuran untuk menang dalam pertempuran, tetapi kemenangan ditentukan oleh Kecepatan, pendadakan, perhitungan logistik yang effektif, koordinasi gerakan yang terkendali dan penggunaan senjata yang tepat serta sarana lain sebagai gerakan penipuan atau pelindung gerakan, merupakan kunci kemenangan perang yang diterapkan oleh Genhis Khan. Khan mengenal benar kekuatan musuh, yang tidak lepas dari kerja Intelijen yang akurat, sehingga strategi yang diterapkan berhasil mencapai tujuan.

Kelamahan menyolok Shah adalah kurangnya antisipasi dalam menghadapi setiap kemungkinan, bahkan tindakan tidak terduga yang akan dilakukan musuh, sehingga kekuatan dipusatkan disatu posisi yang dianggap paling rawan, yang menyebabkan tidak dapat melindungi tempat lain yang juga membutuhkan perlindungan. Andai saja dengan 400.000 pasukan Kavaleri yang dimiliki oleh Shah, di organisir menjadi 4 bagian dan ditugasi masing-masing di 4 kota strategis , kecepatan Khan mungkin masih dapat diatasi, pendadakan mungkin dapat dihindari dan kedatangan musuh akan lebih cepat diketahui sehingga antisipasi operasi menghadapi musuh , koordinasi antar pasukan dapat dilakukan lebih baik.

Tidak ada komentar: