Jumat, 28 Januari 2011

Pembinaan kemampuan pertahanan


naskah ke -1  dari 3 naskah dalam satu judul
 
SISTEM PERTAHANAN NEGARA
WAJIB DIPERSIAPKAN OLEH NEGARA

Oleh : Juanda Syaifuddin, M.Si (Han)


1. Pendahuluan.   Tahun 1998 tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian Indonesia yang akan selalu diingat, karena  prestasi ekonomi yang telah dicapai selama dua dekade musnah, sekaligus menenggelamkan semua harapan dan bayangan indah, dalam menyongsong millenium baru.  Krisis semenjak tahun 1997 berkembang semakin buruk dalam waktu singkat dan dampak krisis dirasakan secara nyata oleh masyarakat serta dunia usaha.   Dana Moneter Internasional (IMF) turun tangan sejak Oktober 1997, namun tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah,   krisis ekonomi Indonesia tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara yang  berkembang menjadi krisis multidimensi dan melumpuhkan nyaris seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa, yang berujung pada  berakhirnya  pemerintahan  Presiden Soeharto.    Bantuan untuk memulihkan perekonomian Indonesia, dilakukan oleh IMF dan selama kerjasama berlangsung, semua sistem perekonomian Indonesia diatur dan dikendalikan  serta harus mengikuti kebijakan mereka.  Dibalik bantuan tersebut disinyalir IMF mengemban agenda yang dirancang oleh negara donor, secara terselubung menanamkan pengaruhnya secara berakar untuk mengendalikan perekonomian di Indonesia.  

Pada dasarnya  setiap negara berusaha untuk lebih unggul dari negara yang lain dan untuk mencapainya bersedia melakukan apapun, bahkan sampai menyusupkan aktor  ahli  kedalam sistem negara saingannya.  Oleh karenanya, di jaman yang serba modern saat sekarang, pengelola negara wajib mewaspadai adanya musuh/pesaing dan selalu berusaha mencari untuk menemukan siapa musuh/pesaing yang sebenarnya, karena    para aktor ahli yang menyusup, dapat berfikir secara berbeda dengan menampakkan sikap damai dan membantu  namun secara tersembunyi telah menentukan sasaran dan mampu mengelola  konflik.    Menghindari konflik yang tidak menguntungkan dan menghadapi konflik yang tidak dapat dihindari dengan menerapkan manuver yang sulit dilacak agar tetap dapat  mempertahankan citra yang baik.   



Ahli strategi yang dianggap terbesar dari para ahli yang ada, Sun Tzu dalam karyanya The Art Of War telah mengembangkan Prinsip dan pola strategi, yang pada akhirnya cita-cita tertinggi adalah meraih kemenangan tanpa pertumpahan darah. Mahatma Gandhi, juga mempercayai bahwa “tanpa kekerasan” sebagai cara baru dalam berperang . Yang menjadi permasalahan adalah negara masih belum dapat mengidentifikasi dan belum mempelajari secara serius siapa pesaing/musuh sebenarnya yang harus dihadapi.

Melihat sistem dan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, mengindikasikan bahwa ada sebuah kekuatan telah menyusupkan para ahli strateginya di Indonesia, dengan menerapkan prinsip “meraih kemenangan tanpa kekerasan”, berjuang untuk melakukan “pembusukan dari dalam” dengan memanfaatkan kelemahan aktor dan sistem. Sasaran utamanya adalah merusak dan mengacaukan perekonomian Indonesia, menciptakan konflik vertikal dan horizontal melalui propaganda yang dampaknya berpengaruh langsung terhadap sistem pertahanan negara. 

2. Evolusi prinsip perang. Negara menerapkan sistem pertahanan yang dinyatakan sebagai sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta yang dinyatakan dalam Kebijakan negara, dengan melibatkan semua elemen kekuatan negara ikut berkontribusi dalam upaya mempertahankan dan memelihara kedaulatan negara, keutuhan wilayah serta melindungi keselamatan bangsa, sesuai tugas, peran dan fungsi masing-masing.

Tugas pertama dari pembentukan sebuah negara, adalah melindungi rakyat dari ancaman dan menangkal ancaman invasi dari negara lain dan tugas ini yang hanya dapat dilakukan oleh kekuatan militer. Bruce E. Arlinghaus (1984,1). Pada eranya, pendapat ini sangat tepat sehingga setiap negara baru yang dibentuk atau yang baru merdeka, yang dibentuk pertama kali adalah tentara Nasional, sebagai salah satu elemen utama kekuatan negara. Dengan perkembangan sosial budaya manusia, tugas militer berkembang bukan saja sebagai penangkal terhadap ancaman, tetapi menjadi salah satu kekuatan selain kekuatan ekonomi, yang berada dibelakang untuk mendukung upaya diplomasi sebuah negara.

Pandangan Negara tentang perang terungkap dalam pernyataan “ Indonesia cintai damai, namun lebih cinta Kemerdekaan”. Dengan pandangan tersebut, perang sebagai bagian dari konsep Pertahanan negara, bagi Indonesia adalah pilihan apabila kemerdekaan Indonesia terancam. Perang menentukan tegak atau runtuhnya sebuah negara, oleh karenanya perang tidak boleh hanya diserahkan kepada militer, tetapi menjadi kepentingan dan urusan bersama karena perang adalah diplomasi dengan cara lain untuk mencapai tujuan politik negara. Apabila tujuan politik dapat dicapai dengan cara lain, maka tidak perlu melakukan perang dalam arti menggunakan kekerasan, mengerahkan kekuatan militer dan persenjataan untuk melumpuhkan kekuatan militer negara lain. Perang sangat dihindari oleh setiap negara, karena perang membutuhkan biaya besar yang akan merugikan perekonomian negara dan menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat.

Beberapa kajian tentang perang yang pernah terjadi dari masa ke masa, perang berevolusi sesuai dengan perkembangan politik dan sosial budaya dan berlangsung dengan cara dan sumberdaya yang berbeda. Menurut Rico Marbun (2010,221-2) Peperangan dan konflik adalah sesuatu yang bersifat dinamis, yang dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi militer dan struktur sosial dan politik yang berlaku, sehingga menghasilkan perkembangan perang yang dapat dikelompokkan dalam beberapa generasi perang. Dari berbagai kajian, para ahli menyimpulkan bahwa sampai saat sekarang peperangan telah berevolusi sampai pada peperangan generasi ke 4 (Fourth Generation Warfare).
Secara garis besar untuk melihat evolusi peperangan, mulai Generasi peperangan Pertama, yang menerapkan strategi peperangan garis dan kolom, sebagai pengaruh dari penemuan mesiu dan tehnologi persenjataan. Peperangan pada generasi ini dengan membentuk baris dan kolom, mengerahkan kekuatan massal dan mengalahkan melalui titik kelemahan musuh. Generasi peperangan kedua, strategi perang didukung oleh perkembangan kualitas dan kuantitas daya rusak/hancur persenjataan. Secara sosial politik, perkembangan industri yang pesat turut merangsang pembangunan sistem persenjataan dengan daya hancur yang tinggi secara massal. Selain itu evolusi peperangan generasi ke 2 juga didukung oleh pesatnya sistem transportasi. Dengan sistem transportasi yang baik pertempuran pada perang dunia I mendemonstrasikan pertempuran antar kekuatan pasukan yang saling berjuang dengan korban yang luar biasa besarnya. Setelah melalui evolusi yang cukup panjang, peperangan generasi ketiga muncul dengan strategi manuver. Pertimbangan mengadopsi istilah manuver karena karakter peperangan generasi ini memiliki target serangan melampui generasi pertama dan kedua, dimana target peperangan generasi pertama dan kedua, umumnya adalah penghancuran pasukan tempur lawan dengan berhadapan secara langsung, sedangkan perang pada generasi ini, pasukan tidak berhadapan langsung, tetapi dengan kecepatan manuver yang didukung dengan alat transportasi, musuh dapat langsung menusuk masuk kedalam wilayah musuh dan merebut kedudukan strategis, sehingga memaksa musuh menyerah. Peperangan pada generasi ini ditandai dengan manuver blietzkrig jerman pada perang dunia II.    Peperangan generasi keempat memiliki target yang jauh lebih dalam, pada tingkat strategis, perang tidak lagi mengandalkan kekerasan dengan pengerahan kekuatan militer dan persenjataan, tetapi sasaran langsung kepada jatuhnya motivasi dan kemampuan politik musuh. Sehingga pada peperangan generasi keempat, tahap awal perang generasi ini sasarannya bukan lagi pada takluknya pasukan musuh, kekuatan militer disiagakan sebagai kekuatan penggentar untuk mendukung peran diplomasi. Pencapaian tujuan perang dengan dengan menerapkan strategi dalam rangkaian serangan terkoordinasi dan simbolik melalui berbagai jaringan yang mengarah kepada penguasaan seluruh aspek kehidupan yang sarat dengan pesan politik dan ditujukan langsung kepada pimpinan puncak musuh. Dengan menyerang disegala lini baik Ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya, membuat pemimpin negara tidak lagi mampu dan kehilangan motivasi untuk bangkit melakukan perlawanan. Prinsip peperangan generasi keempat sebagai sebuah sikap untuk mendukung cita-cita perserikatan bangsa-bangsa dalam menciptakan perdamaian dunia yang dinyatakan dalam piagam perserikatan bangsa-bangsa, sehingga para pemimpin negara bangsa telah mengembangkan pola hubungan internasional untuk saling bekerjasama demi menciptakan perdamaian dunia.

2.1. Permasalahan yang dihadapi. Dengan memahami pola dan prinsip peperangan pada generasi keempat, maka kekuatan pertahanan sebuah negara wajib bersinergi dengan semua elemen kekuatan negara, pemerintah dan semua rakyat serta mempersiapkan semua sumberdaya nasional agar mencapai tingkat ketahanan optimal dan disiagakan. Dengan demikian, hal yang paling utama dan harus dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan ketahanan disegala bidang, agar ancaman yang diarahkan kepada bidang Ideologi, Politik, Ekonomi dan sosial budaya dapat ditangkal, sementara pertahanan dan keamanan sebagai bagian dari ketahanan Nasional juga tetap dipelihara dan ditingkatkan agar mencapai kondisi kesiapsiagaan sebagai kekuatan penggentar dan penyanggah dalam memelihara, mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah serta melindungi keselamatan bangsa.

Bersambung ........... next post

Tidak ada komentar: