TANTANGAN GENERASI MUDA INFANTERI
DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS SATUAN
DEMI MENDUKUNG SISTEM PERTAHANAN NEGARA
1. Pendahuluan.
Sesanti “Yudha Wastu Pramuka” mengandung makna bahwa Prajurit Infateri mahir melaksanakan pertempuran di garis terdepan dan dengan melandasi sesanti tersebut para pendahulu Infanteri juga mananamkan kebanggaan bagi prajurit infanteri dengan menyebut Infantry Queen of the Battle, maka setiap prajurit Infanteri dalam setiap pertempuran dituntut harus mampu menyelesaikan semua tugas pertempuran dengan hasil yang optimal. Para pendahulu Infantri menciptakan istilah queen of the battle sebagai cita-cita korps, yang menuntut keseriusan dan kesungguhan dalam setiap latihan agar hasil latihan dapat mendukung tugas pertempuran dan dapat berhasil dengan gemilang.
Perkembangan politik internasional setelah berakhirnya perang dunia II, mendorong negara- negara bangsa untuk mewujudkan perdamaian dunia sebagai sebuah tujuan bersama, yang dinyatakan dalam piagam perserikatan bangsa-bangsa (PBB), sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa invasi, agresi, intervensi oleh sebuah negara terhadap negara lain menjadi sangat kecil kemungkinannya, meskipun terjadi intervensi, hanya akan dilakukan oleh sebuah alliansi dengan didasari mandat Dewan Keamanan PBB dan hanya untuk alasan kemanusiaan, karena masyarakat internasional berpendapat bahwa perlindungan HAM dapat melampaui batas teritorial, apabila terjadi tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh negara terhadap warga negaranya, sehingga kewenangan negara atas penduduknya harus dibatasi. Didasari pandangan ini, beberapa analisis mempredikasi bahwa trend ancaman saat sekarang dan masa mendatang adalah ancaman non tradisional, konflik dalam negeri.
Saat sekarang, satuan Infanteri disusun berdasarkan keterampilan dan peralatannya yaitu Batalyon Infanteri (Yonif) Raider, Yonif Linud dan Yonif mekanis, dengan pola dan jenis latihan yang relatif sama dalam mengasah kemampuan dan keterampilan bertempurnya, belum sepenuhnya mempertimbangkan kondisi geografi dimana satuan digelar dan wilayah lain yang mungkin akan dihadapi dalam pelaksanaan tugas operasi. Penggelaran satuan Infanteri tersebar diseluruh wilayah, namun belum sebanding dengan luas wilayah Indonesia, menyebabkan jangkauan pengawasan dan pengendalian wilayah oleh satuan-satuan Infanteri pada masa damai, tidak dapat dilakukan secara optimal, yang membuka peluang munculnya wilayah yang tidak dapat diawasi dan dikendalikan oleh pemerintah atau dalam istilah asing sebagai ungovern places, yang mungkin dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk melakukan aktifitas illegal yang mengarah kepada penyiapan kekuatan untuk melawan pemerintah atau niat memisahkan diri dari pemerintah pusat.
Citra satuan Infanteri dilingkungan masyarakat sudah cukup baik, namun secara luas belum dapat menunjukkan peran dan pengaruhnya pada lingkungan disekitarnya dalam meningkatkan peran masyarakat pada pelaksanaan pembangunan dan belum mampu menumbuhkan semangat serta kerelaan rakyat dalam upaya pembelaan negara, yang disebabkan oleh beberapa kondisi dan keterbatasan yang dimiliki oleh satuan Infanteri baik dalam hal sumberdaya, ilmu pengetahuan dan program pembinaan satuan.
Sehubungan dengan sistem pertahanan negara yang diterapkan Indonesia, dengan politik luar negeri bebas aktif, Indonesia lebih fokus kepada bagaimana menegakkan kedaulatan, menjaga keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa, tanpa mengesampingkan kemungkinan ancaman invasi maupun agresi, penyiapan kemampuan pertahanan negara lebih diutamakan untuk mengatasi berbagai permasalahan didalam negeri dengan melaksanakan operasi yang bersifat tempur maupun non tempur, yang sebagian besar akan menjadi tugas korps Infanteri. Bagaimana pembinaan kesiapsiagaan satuan Infanteri agar mampu berperan dan berpengaruh besar dalam sistem pertahanan negara ?
2. Menyikapi
cita-cita korps dan tuntutan tugas menghadapi trend ancaman masa depan. Angkatan Darat memiliki beberapa
kesenjataan yang masing-masing memiliki kebanggaan dan cita-cita yang ingin
diwujudkan. Cita-cita korps Infanteri adalah menjadi ahli dalam
bertempur, yang dalam perwujudannya perlu keseriusan dan mempertimbangkan
geografi Indonesia yang sangat luas, medan bervariasi serta trend ancaman masa
depan.
a. Queen
of the Battle, menjadi cita-cita dan keinginan para pendahulu yang penting
untuk diwujudkan. Infanteri, sebagai
salah satu kecabangan di Angkatan Darat, merupakan cikal bakal tentara, yang
berperan menentukan dalam pertempuran. Gagasan penggunaan istilah ini,
tentu sudah melalui berbagai pengkajian oleh para pendahulu Infanteri, sehingga
istilah yang digunakan sangat tepat diberikan kepada pasukan Infanteri.
Secara harfiah, queen of the battle,
dapat diterjemahkan sebagai ratu pertempuran, dan sebagian besar prajurit
Infanteri memahami istilah ini sesuai dengan arti harfiahnya. Istilah
ini, seharusnya diterjemahkan bahwa Infantreri “mahir bertempur”.
Karena kebutuhan
menghadapi pertempuran dan tugasnya yang hampir selalu berhadapan langsung
dengan musuh dipertempuran, prajurit infanteri selain harus mahir dalam menggunakan
senjata perorangan, mereka juga harus dibekali dengan keterampilan bela diri
sebagai andalan apabila terpaksa harus melakukan perkelahaian satu lawan satu
pada saat perebutan sasaran. Pasukan
Infantri tetap berperan sebagai pasukan yang harus merebut dan menduduki
sasaran sebagai penentu kemenangan yang akan memberi kesempatan bagi kecabangan
lain dan perencana strategi militer untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki lebih
efektif dalam mencapai tujuan. Keinginan
para pendahulu menciptakan istilah Queen
of the battle, bagi korps Infanteri, menjadi tantangan bagi corps dan
satuan serta prajurit Infanteri untuk mewujudkannya Tanggung jawab para perwira Infanteri yang
memahami cita-cita corps, untuk mewujudkannya, karena pada kenyataan-nya
cita-cita corps masih belum terwujud, karena para perwira Infanteri kurang
memahami keinginan para pendahulu agar setiap prajurit Infanteri menjadi
prajurit yang mahir bertempur, namun penyiapan prajurit Infanteri belum tuntas,
tidak sampai menyentuh kemahiran perorangan, dalam menghadapi pertempuran jarak
dekat. Untuk mengembalikan kejayaan
Infanteri dan mewujudkan kebanggaan sebagai "Queen of the
Battle", generasi muda Infanteri
harus berjuang demi mewujudkan cita-cita para pendahulu dan berinovasi bagaimana mengembangkan satuan
Infanteri agar lebih efektif.
b. Menumbuhkan inovasi bagi setiap
perwira Infanteri untuk menghadapi trend pertempuran dan ancaman masa kini dan
masa mendatang. Hasil
kajian tentang perkembangan prinsip pertempuran, memunculkan pendapat bahwa trend pertempuran masa
depan akan lebih didominasi dengan pertempuran kota dan pertempuran menghadapi
ancaman non tradisional. Menghadapi
pertempuran kota tidak dapat dihadapi dengan menerapkan komponen dan prinsip
pertempuran yang telah ada, sehingga membutuhkan doktrin khusus untuk
menghadapinya. Setiap kota
memiliki karateristik khusus, keberhasilan mengatasi pertempuran satu kota
dengan taktik tertentu, belum tentu berhasil diterapkan dikota lain. Tidak
setiap pertempuran kota dapat menerapkan cara yang sama dalam pelaksanaannya,
sehingga membutuhkan pemikiran secara khusus, bagaimana menyusun taktik dihadapkan
dengan karakteristik yang berbeda antar kota agar dapat melindungi kota dari
kemungkinan penguasaan musuh,. Menghadapi perkembangan taktik bertempur
masa depan, peperangan kota merupakan
suatu yang sangat relevan untuk dipelajari, karena tidak dapat dihadapi dengan
menerapkan kemampuan, peralatan dan teknologi yang digunakan pada pertempuran
jenis lain. Oleh karenanya, perlu dikembangkan
ilmu pengetahuan tentang operasi militer untuk menghadapi pertempuran kota dan menyusun
doktrin sebagai pedoman pelaksanaannya, dengan
tetap memper-timbangkan dan menyesuaikan perkembangan teknologi persenjataan
militer.
c. Dalam
kasus ancaman dalam negeri, bagi Indonesia pertimbangan yang paling berpengaruh
adalah karena kondisi geografi Indonesia yang sangat luas dengan medan yang
sangat bervariasi, sehingga membutuhkan perencanaan yang teliti untuk
mengembangkan berbagai keterampilan dan kebutuhan peralatan pendukung bagi
prajurit dan satuan Infanteri agar berhasil dalam operasi, baik operasi tempur
maupun non tempur.
Peraturan
Presiden (PP) No 41 tahun 2010, tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara
menyatakan:
“Diantara
ancaman aktual yang menuntut sinergisme yang tinggi dan harus mendapat
perhatian yang serius pada lima tahun ke depan, adalah ancaman terhadap konflik
di wilayah perbatasan dan keamanan pulau-pulau kecil terluar, ancaman
separatisme, terorisme, bencana alam, konflik horizontal, radikalisme,
kelangkaan energi dan ragam kegiatan ilegal baik di darat maupun di laut yang
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa”.
Korps
Infanteri tidak boleh berhenti karena telah dimulainya pembentukan Yonif Mekanis,
tetapi perlu mengembangkan inovasi lain, dengan berbagai pertimbangan tentang
medan yang akan dihadapi oleh korps Infanteri, dalam pelaksanaan tugas tempur
maupun non tempur, sesuai dengan ancaman aktual yang dinyatakan dalam PP No 41
tahun 2010 diatas.
Disamping itu pemerintah juga
sangat mempertimbangkan bagaimana kondisi geografi Indonesia, dihadapkan dengan
tugas-tugas pertahanan. Dalam Buku putih Pertahanan Negara ( 2008,18) dinyatakan
:
“Karakteristik geografis Indonesia mengandung tantangan yang
multidimensi sehingga menuntut adanya strategi pertahanan negara yang tepat
untuk mengamankan wilayah tersebut”
Korps Infanteri yang tergelar dan kemungkinan
melaksanakan tugas operasi diberbagai wilayah, perlu berinovasi agar
tugas-tugas operasi kedepan dapat menjadikan satuan Infanteri menjadi lebih
efektif. Apabila dihadapkan dengan
medan operasi diwilayah Papua, dengan wilayah yang luas dan medan yang
terpotong-potong, akan lebih efektif bila satuan Infanteri dilatih sebagai
pasukan mobud, didukung dengan sarana angkut udara, sehingga memiliki kecepatan
manuver dan tidak terhambat oleh kondisi medan didaerah operasi. Menghadapi wilayah Kalimantan yang banyak
didominasi oleh sungai yang membentang dihampir seluruh wilayah, satuan
infanteri akan lebih efektif bila mereka memiliki keterampilan menggunakan dan
dilengkapi dengan perahu dan speed boat untuk
meningkatkan kecepatan bermanuver dan mengatasi medan menuju daerah
operasi. Bagi satuan Infanteri yang
berada di wilayah Maluku dan maluku utara yang didominasi dengan laut dan pulau
yang tersebar luas, akan sangat membutuhkan sarana angkut air yang dapat
meningkatkan kecepatan menuju daerah sasaran, sehingga dapat lebih cepat
mengatasi permasalahan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Demikian juga bagi wilayah lain yang juga
memiliki kondisi geografi yang khas, tidak cukup bila hanya dihadapi dengan
kemampuan fisik yang prima dan hanya
mengandalkan jalan kaki.
Untuk mempersiapkan kekuatan Infanteri
dalam era kecanggihan teknologi seperti saat ini, konsep yang relatif
menguntungkan adalah dengan mengatur dislokasi pasukan yang bersinergi. Dalam satu pangkalan, disamping satuan
Infanteri, juga didukung dengan detasemen penerbad atau detasemen perbekalan
dan angkutan air, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi geografi dimana satuan
ditugaskan. Pertimbangan seperti ini
diarahkan pada pola pengawasan wilayah lebih luas, dengan pengertian pertama, medan
kritik tetap diduduki dan dikuasai, namun bila perkembangan ancaman terjadi
ditempat lain, pengerahan pasukan kedaerah lain dapat dilakukan lebih cepat,
dengan mengandalkan angkutan udara atau angkutan air agar
proyeksi pasukan dapat lebih cepat mencapai sasaran. Kedua, dengan dukungan dan ketersediaan
sarana angkut yang dapat mengatasi permasalahan medan, memberi keluasaan bagi
satuan infantreri untuk melakukan pengawasan dan pengendalian wilayah yang
lebih luas.
Dengan
demikian korps Infanteri perlu berfikir tentang kemampuan, keterampilan dan
peralatan khusus yang harus dikembangkan agar pasukan Infanteri menjadi lebih
efektif melakukan tugas operasi dihadapkan dengan kondisi geografi disetiap
kompartemen strategis, yang telah disepakati sebagai salah satu strategi
militer dalam mendukung sistem Pertahanan Negara.
3. Satuan
Infanteri yang tersebar diseluruh wilayah Nusantara harus mampu menyebarkan
budaya positif bagi lingkungan dimana satuan bertugas dan beroperasi. Budaya
merupakan sesuatu yang dapat diasumsikan sebagai sesuatu yang dipercayai dan
dilakukan, budaya berpengaruh besar
terhadap organisasi, dengan pengertian bahwa organisasi akan menjadi baik atau
menjadi buruk sangat dipengaruhi oleh budaya yang berlaku. Pemimpin, adalah suatu karakter yang dapat
mempengaruhi organisasi, menggerakkan organisasi dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Seorang pemimpin
dapat menentukan budaya yang tepat dalam suatu organisasi, menerapkan,
mengelola, mengembangkan budaya yang efektif untuk dapat mempengaruhi awak
organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan.
Perwira Infanteri yang ditunjuk untuk
memimpin satuan Infanteri, harus mempelajari dan memahami budaya yang
berkembang dan berpengaruh didalam satuan, agar Komandan satuan ( Dansat) dapat menganalisa apakah budaya yang
berkembang dalam satuan merupakan budaya yang positif atau budaya yang
negatif. Dengan mempertimbangkan nilai
budaya yang berkembang tersebut, Dansat menentukan budaya seperti apa yang akan
dibentuk, dikelola untuk ditingkatkan dan apakah budaya organisasi yang lama
perlu dihancurkan lebih dulu yang selanjutnya diterapkan budaya organisasi baru
yang lebih baik.
Dalam organisasi militer, budaya yang
positif disusun menjadi suatu ajaran yang disusun dalam bentuk doktrin dan
aturan yang harus dipedomani oleh setiap awak organisasi dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari . Budaya yang
telah ditetapkan menjadi sebuah aturan akan menimbulkan sanksi bagi awak
organisasi yang melanggar atau keluar dari ketentuan “budaya” yang
berlaku. Budaya organisasi
diciptakan oleh para Dansat, dan fungsi Dansat yang sangat besar dalam
menentukan, menciptakan, mengelola dan bila perlu seorang Dansat dapat
melakukan penghancuran budaya, bila
budaya yang berkembang akan merusak organisasi.
Dalam setiap satuan Infanteri yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia, telah tertanam budaya positif, yaitu budaya
tertib, bersih, disiplin dan peduli lingkungan. Budaya yang sudah tertanam tersebut harus
dapat diterapkan oleh setiap satuan Infanteri terhadap lingkungan dimana satuan
ini beroperasi melalui sosialisasi 8 wajib TNI yang dilaksanakan secara konsisten. Dengan
konsistensi penerapan 8 wajib TNI oleh setiap prajurit Infanteri di masyarakat,
akan meningkatkan peran satuan dan menumbuhkan pengaruh positif bagi masyarakat
disekitar pangkalan dan diharapkan dapat mewujudkan kemanunggalan, membantu
pengembangan karakter bangsa dalam mencapai dan mendukung kebijakan pemerintah
disegala bidang.
4. Mengembangkan kepemimpinan yang efektif
dalam setiap kesatuan Infanteri. Menilai
kepemimpinan, yang sering terlihat saat ini adalah bagaimana seorang pimpinan menyuruh anak buahnya untuk melakukan
seperti yang dikatakan dan sangat sedikit yang menyuruh anak buahnya melakukan seperti yang dilakukan pimpinannya. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa terdapat dua jenis pemimpin, yaitu mereka yang
memimpin dengan contoh, dan mereka yang berusaha memimpin dengan retorika. Namun demikian dalam memimpin sebuah organisasi, mereka yang memimpin dengan
keteladananlah yang akan meraih sukses lebih besar dan lebih dipercaya serta
mampu memotivasi orang lain dalam jangka panjang.
Komandan
satuan Infanteri harus mampu memotivasi anak buah untuk bergerak mencapai tugas
pokok satuan dan anak buah sebagai awak organisasi diharapkan dapat melakukan
lebih dari yang biasanya mereka lakukan, karena mereka percaya pada pemimpin
sebagai pribadi. Dalam pengelolaan
satuan, tidak ada anggota yang benar-benar termotivasi oleh Komandan satuan
yang tidak mendapat kepercayaan dan tidak dihormati secara pribadi, atau dalam
istilah lain anak buah tidak akan pernah memberikan hadiah Loyalitas kepada
pemimpin yang tidak mereka percayai.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dan pemerhati kepemimpinan, mereka
memperoleh fakta bahwa selama lebih dari tiga dekade pelatihan terhadap pimpinan
dalam berbagai organisasi dan strata organisasi yang berbeda, baik pimpinan
perusahaan, politik dan organisasi nirlaba, ditemukan suatu kondisi dimana
apabila seseorang pimpinan tidak memahami perlunya memimpin dengan contoh, dan dalam
memimpin tidak dapat menunjukkan sikap yang dapat dicontoh anak buah, maka
pimpinan seperti ini tidak akan pernah menjadi seorang pemimpin yang
benar-benar efektif.
Komandan satuan Infanteri,
jika ingin menjaga kepercayaan dan meningkatkan
dukungan dari seluruh anggotanya, mereka
harus dapat memberikan contoh dan tauladan yang baik, karena anak buah melihat komandannya dari apa dilakukan
dan bukan melihat dari apa yang diucapkan kepada anak buahnya. Perwira Infanteri, sebagai komandan
satuan setingkat apapun, harus dapat menghindari kesalahan dengan meremehkan anak
buah, mereka harus berfikir bahwa tidak
cukup hanya dengan penekanan atau hanya berbicara. Tetapi mereka harus memberi
contoh dengan melakukan apa yang diucapkan, agar mendapat dukungan penuh dari
anak buahnya.
5. Kesimpulan. Dari apa yang telah disampaikan diatas, terdapat beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian
korps Infanteri dalam menyiapkan satuan agar dapat lebih efektif dan berperan
aktif dalam mendukung sistem pertahanan negara. Permasalahan tersebut menjadi tantangan bagi
korps Infantri untuk dapat menjadi pendorong semangat untuk terus mengembangkan
inovasi agar mulai saat sekarang dan masa depan, keberadaan satuan Infanteri
yang tersebar diseluruh wilayah nusantara dapat lebih efektif menghadapi setiap
kemungkinan ancaman yang timbul diwilayah tugasnya atau wilayah dimana satuan
suatu saat akan ditugaskan. Beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian korps Infanteri yaitu : pertama, cita-cita
para pendahulu Infanteri masih belum terwujud, sehingga korps harus berusaha
untuk mewujudkannya; kedua, guna menghadapi trend ancaman masa depan, korps
Infanteri diharapkan dapat mengembangkan beberapa doktrin yang dapat dijadikan
pedoman bagi pelaksanaan tugas satuan Infanteri; ketiga, Korps Infanteri perlu memper-timbangkan
bahwa setiap satuan Infanteri harus disiapkan agar memenuhi kebutuhan
kemampuan, keterampilan dan peralatan dengan mempertimbangkan kondisi geografi diwilayahnya
dan daerah penugasan yang mungkin dihadapi oleh
satuan Infantri; keempat, Keberadaan satuan Infanteri diberbagai wilayah harus
dapat menunjukkan peran dan pengaruhnya dalam membangun karakter bangsa,
melalui sosialisasi budaya positif satuan dan konsistensi penerapan 8 wajib
TNI, sehingga rakyat secara arsadar mau berpartisipasi aktif dalam mendukung
kebijakan pemerintah diberbagai bidang; dan kelima, setiap perwira Infanteri
dimanapun ditugaskan, terutama mereka yang mendapatkan tugas memimpin satuan
harus dapat mengembangkan kepemimpinan efektif dengan prinsip memimpin dengan
keteladanan.
Catatan. Pemikiran tentang rancangan organisasi ini, bukan saja berlaku bagi organisasi Infatri, tepai juga dapat dipertimbangkan bagi organisasi diluar kesenjataan Infantri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar