Jumat, 18 Maret 2011

Doktrin Militer

INOVASI MENGHADAPI
 PEPERANGAN MASA DEPAN


Perang masa depan, trend yang berkembang dipengaruhi oleh revolusi dominasi militer atau lebih dikenal dengan istilah Revolution Military Affair (RMA), yang sangat berbeda dengan pelaksanaan peperangan masa lalu. Sejarah perang memperkenalkan perkembangan perang dari masa kemasa, dan umum mengatakan sebagai generasi perang. 

Perkembangan teknologi militer dalam persenjataan dan mobilitas serta kebutuhan militer dalam melaksanakan peperangan, telah merubah doktrin peperangan, yang sama sekali berbeda dengan peperangan pada generasi sebelumnya. Pola peperangan telah terjadi perubahan yang sangat pesat, yang dipicu oleh teknologi militer yang menyebabkan militer harus menyesuaikan dengan melakukan perubahan doktrin peperangan, untuk mewadahi perkembangan teknologi.



Andi Wijayanto ( 2010;212) mengatakan bahwa untuk mengukur kapabilitas militer dapat ditinjau dari beberapa faktor utama yaitu kemampuan untuk memperoleh informasi dan intelijen strategis untuk mendukung rencana strategi; Kemampuan gelar pasukan yang terkoordinasi dan dilengkapi dengan sarana prasarana mobilitas dan logistik; kapabilitas dukungan tempur yang ditentukan oleh penggunaan teknologi digital untuk mempercepat dan mengintegrasikan sistem logistik didaerah pertempuran; kapabilitas manuver, sebagai kemampuan untuk meningkatkan kemampuan menyerang, penggelaran pasukan dan penerobosan; kapabilitas mobilitas pasukan, yang didukung oleh kesamaptaan prajurit dan dukungan alat angkut baik darat, air dan udara; dan kapabilitas tempur pasukan.
Dalam pandangannya, kemampuan bertempur militer, dapat diukur dari kapasitas angkatan bersenjata dalam melaksanakan gelar pasukan secara cepat diberbagai wilayah dan berbagai situasi konflik; manuver pertempuran yang berkelanjutan dengan dukungan tempur dan fasilitas yang setara; operasi militer yang efektif dan adaptasi medan pertempuran secara kenyal.

Pengetahuan tentang perang berkembang dengan pesat dan menjadi perhatian berbagai kalangan, yang memunculkan diskusi dan perdebatan yang mengarah kepada perubahan dalam penerapan prinsip-prinsip peperangan. Salah satu pendapat yang relevan dengan trend peperangan masa depan, adalah tulisan Davids Dickend. (2008) menyampaikan ada 4 faktor utama sebagai indikasi yang mendukung revolusi peperangan masa depan yaitu : K4ISR, yang diimplementasikan dalam kerjasama antar kesenjataan, teknologi militer modern dan doktrin pertempuran modern. Sinergi dari faktor tersebut yang menjadi motor revolusi prinsip peperangan. Organisasi militer yang berhasil dan mampu memenuhi empat faktor ini akan menjadi militer yang disegani oleh kawan dan ditakuti lawan. 

Teknologi diterapkan untuk mendukung kebutuhan Komando dan pengendalian. Dengan perkembangan teknologi digital dan teknologi komunikasi yang sangat pesat, telah diadopsi dan diterapkan dalam dunia kemiliteran yang mengubah kemampuan pada perangkat komunikasi sebagai sarana komando dan pengendalian, sehingga pengendalian pasukan dapat dilakukan secara langsung oleh pimpinan militer tertinggi. Bagi para perencana dan pengendali operasi, perolehan informasi sedemikian cepat, tetapi tidak memberi cukup waktu untuk memanfaatkannya bagi kepentingan perencanaan. Dengan menerapkan teknologi satelit dan sensor radar yang dapat menayangkan pencitraan secara detail setiap sasaran, sehingga jauh sebelum peperangan dilakukan, unit-unit tempur sudah dapat mempelajari situasi dan kondisi dimana mereka nantinya akan diterjunkan. Meskipun secara umum penerapan teknologi ini sangat membantu pelaksanaan peperangan, dimana pemanfaatan informasi dapat langsung digunakan oleh komandan pasukan yang berada dilapangan, dukungan data awal tentang situasi dan kondisi daerah operasi sangat dibutuhkan oleh pasukan yang melaksanakan operasi, agar pelaksanaan operasi dapat berjalan lancar. Perkembangan dilapangan sebagai dinamika peperangan dapat dipantau dari jarak jauh dan setiap unit tempur dapat dikendalikan secara langsung dan menerima petunjuk yang lebih akurat dalam mendukung keberhasilan tugas pokok satuan pelaksana operasi.

Teknologi telah menjadi bagian yang melekat pada perorangan prajurit. Dalam memanfaatkan sistem komunikasi digital, terutama bagi angkatan darat, teknologi dapat ditanam pada peralatan militer, perlengkapan perorangan prajurit, sehingga memungkinkan para jenderal dan pimpinan politik dapat langsung melihat gerakan pasukan dilapangan. Para pejabat politik dapat melakukan intervensi langsung terhadap pelaksanaan peperangan, melalui methode tele conference dan dapat memutuskan apa yang harus dilakukan oleh sebuah unit tempur, bahkan memutuskan apa yang harus dilakukan oleh perorangan prajurit. Pimpinan militer dapat menggunakan perangkat komunikasi digital yang memungkinkan untuk dapat mengikuti setiap gerak pasukannya, bahkan juga mengamati gerakan pasukan musuh, sehingga dari jarak jauh dapat mengarahkan pasukannya harus melakukan apa, bergerak kearah mana, menunjukkan tempat-tempat rawan dan perlindungan yang dapat dimanfaatkan oleh unit dan perorangan.
Bagi negara-negara maju yang telah menerapkan teknologi ini dan menjadi dua fihak yang berhadapan, menyebabkan peperangan akan menjadi lebih transparan dan tentu saja menyulitkan bagi kedua fihak. 


Prinsip kerjasama antar kesenjataan tetap menjadi sumberdaya yang perlu dikelola untuk memenangkan pertempuran. Peperangan darat, meskipun tetap akan mengerahkan sumberdaya yang relatif sama dengan generasi peperangan terdahulu, namun teknologi persenjataan yang digunakan sangat jauh berbeda. Altileri, menerapkan teknologi peluru kendali (Precision Guided Munition) yang dapat menyerang sasaran secara tepat pada fasilitas komando dan fasilitas pendukung operasi musuh lainnya dengan tepat dan cepat. Pasukan akan digerakkan dalam unit-unit kecil yang dilengkapi dengan sarana angkut yang dapat bergerak cepat, untuk menghindar terhadap bidikan dari kekuatan musuh yang mematikan. Selain gerakan cepat, pasukan juga dilengkapi dengan peralatan anti deteksi radar sebagai perlindungan pasif, untuk mencegah terjadinya korban karena menjadi sasaran tembak musuh. 

Pasukan Infantri, tidak dibiarkan hanya dengan mengandalkan kemampuan jalan kaki, namun didukung dengan kendaraan mekanis, berupa kendaraan angkut lapis baja, yang berfungsi melindungi prajurit, mempercepat manuver pasukan dan sekaligus membawa dukungan perlengkapan, persenjataan dan logistik. Pertimbangan ini dilakukan karena Infantri akan melakukan tugas jauh kedepan merebut posisi-posisi yang menguntungkan. Dengan penguasaan daerah oleh Infantri, akan memberi peluang kepada Kavaleri dan Artileri, untuk memindahkan kedudukan agar jarak tembak dua jenis kesenjataan ini lebih jauh kedepan; memberi keluasaan bagi unsur lain untuk konsolidasi dan menyusun rencana lebih lanjut. Untuk menjamin keamanan gerakan Infantri dan pasukan darat dari serangan udara, penguasaan udara oleh angkatan udara harus dapat diwujudkan, sehingga gerakan pasukan dapat dilindungi oleh kehadiran Angkatan udara atau kekuatan udara, karena pasukan darat memiliki kerawanan terhadap serangan udara musuh. Tanpa dukungan penguasaan udara, Infantri hanya akan menjadi korban serangan udara musuh. Pasukan darat sebagai penentu untuk memastikan bahwa wilayah diduduki dan dikuasai, tetapi sebelum pasukan darat bergerak diwilayah musuh, maka tugas penghancuran sasaran harus dilakukan oleh kekuatan udara taktis, dan bila mungkin juga dibantu oleh tembakan roket kapal laut, sebagai tugas tambahan bagi Angkatan laut. Disamping melakukan blokade laut, Angkatan laut juga berkewajiban untuk melaksanakan penghancuran sasaran didarat, yang dilakukan secara simultan dengan kekuatan udara.

Selain kerawanan terhadap serangan udara musuh, pasukan darat juga rawan terhadap kavaleri musuh, oleh sebab itu, pasukan Infanteri harus dibekali juga dengan roket louncer anti tank dan anti perkubuan serta anti personel. Termasuk senjata lawan tank lapis baja, agar bila terpaksa berhadapan dengan Kavaleri musuh, masih dapat melakukan perlawanan, bahkan dapat melumpuhkan Kavaleri berlapis baja. Namun demikian penghancuran tank musuh menjadi bagian tugas para penerbang helicopter serbu yang ditugasi untuk melindungi pasukan yang bergerak didarat dengan menghancurkan kendaran lapis baja musuh. Helicopter yang bertugas dan merupakan modifikasi artileri terbang, sehingga jangkauan tembakan dan pengendalian rudal menjadi lebih efektif meskipun dalam operasionalnya menjadi jauh lebih mahal.

Kerjasama antar kekuatan laut dan udara, secara khusus belum banyak mengalami perubahan berkaitan dengan revolusi peperangan militer, sehingga operasi laut dilakukan seperti yang sudah berlaku, harus sinergi dan mendapat mengawalan dan perlindungan dari kekuatan udara. Tugas tambahan bagi kekuatan udara dan kekuatan laut adalah menyediakan informasi dari hasil pengintaian dimasing-masing wilayahnya untuk mendukung penerapan strategi, sehingga tidak terjadi kesalahan / kekurangan informasi disegala lini.

Untuk mempersiapkan kekuatan militer dalam era kecanggihan teknologi seperti saat ini, konsep pertahanan yang relatif menguntungkan adalah dengan pengaturan dislokasi pasukan yang bersinergi.       Dalam satu pangkalan, disamping kekuatan pasukan, juga didukung dengan kekuatan udara dan angkutan laut (bila memung-kinkan) serta kesiapan logistik dan dalam satu Komando. Pertimbangan seperti ini diarahkan pada pola pengawasan wilayah lebih luas, dengan pengertian medan kritik tetap diduduki dan dikuasai, namun bila perkembangan ancaman terjadi ditempat lain, pengerahan pasukan kedaerah lain dapat dilakukan lebih cepat, dengan mengandalkan angkutan udara, sehingga proyeksi pasukan dapat lebih cepat mencapai sasaran. Dengan dukungan teknologi penginderaan , teknologi komunikasi dan intelijen yang akurat, perkembangan situasi disetiap daerah dapat dimonitor, dan bila ancaman muncul , pasukan dapat segera dikerahkan untuk menghadapinya.

Perkembangan persenjataan pada era digital dengan tingkat akurasi menjadi lebih optimal, dapat menghindari kemungkinan korban sipil.   Dengan mempertimbangkan kemampuan senjata yang memiliki tingkat akurasi yang optimal, mengharuskan pasukan untuk memiliki kemampuan bergerak cepat dari satu tempat keposisi selanjutnya yang lebih menguntungkan dengan dukungan kendaraan angkut yang dapat bergerak secara dinamis di segala bentuk medan. Kedudukan statis dalam menghadapi peperangan masa depan menjadi tidak efektif dan bahkan dapat menimbulkan kerugian, karena kemampuan radar yang dapat menemukan setiap posisi secara akurat dan dengan kemampuan persenjataan modern dapat menjangkau posisi-posisi statis secara tepat untuk menghacurkan kekuatan musuh, paling tidak menimbulkan korban dan kerusakan peralatan tempur. Oleh karenanya, sasaran tembak hanya mungkin diarahkan untuk sasaran strategis, berupa pusat komando dan pengendali, pusat komunikasi, konsentrasi pasukan dan tempat-tempat penyimpanan logistik. 

Untuk kepentingan menghindari pemantauan dan pelacakan oleh musuh dengan teknologi canggih, maka teknologi penyamaran juga harus ditingkatkan.    Radar dapat mengenali bentuk-bentuk tertentu, sehingga memanipulasi bentuk ini dapat mengurangi pengenalan radar terhadap kedudukan pasukan dan daerah strategis lainnya. Selain penyamaran bentuk tampilan, kemampuan sensor sonar hanya berlaku bagi peralatan digital yang aktif, sehingga bagi pasukan yang sedang bergerak atau pada posisi statis, perlu menghindari pendeteksian musuh, dengan melakukan pendiaman siaran peralatan elektronik untuk sementara waktu, sampai waktu yang telah disepakati dalam perencanaan.

Dengan mempelajari perkembangan prinsip pertempuran masa depan, para perencana penataan ruang wilayah pertahanan harus berfikir tentang kebutuhan ruang yang paling cocok dengan prinsip peperangan di masa depan. Penguasaan medan dan adaptasi terhadap medan merupakan faktor mutlak bagi pasukan yang bertahan dan dengan pengenalan serta penguasaan medan secara detail, perencanaan pemanfaatan ruang yang efektif sangat berpengaruh kepada operasi untuk memenangkan pertempuran. Menghadapi perkembangan peperangan masa depan, peperangan kota merupakan suatu yang sangat relevan untuk dipelajari, karena kemungkinan peperangan masa depan lebih banyak terjadi dalam bentuk peperangan kota, yang tidak dapat dihadapi dengan menerapkan kemampuan, peralatan dan teknologi yang digunakan pada peperangan jenis lain. Oleh karenanya, perlu dibangun serangkaian ilmu pengetahuan tentang operasi militer dalam peperangan kota. Roger J. Spiller (2010;352) 

Meskipun perkembangan teknologi tidak secara serta merta berpengaruh kepada strategi nasional, srtategi pertahanan dan strategi militer yang berada pada tataran yang relatif jauh diatas, namun pengaruh perkembangan teknologi, mengharuskan adanya perubahan doktrin militer yang berkembang mengikuti perubahan generasi peperangan dan perkembangan teknologi persenjataan militer.

1 komentar:

the pilot mengatakan...

Terima kasih informasinya, alhamdulillah bermanfaat untuk menambah wawasan