Sabtu, 04 Desember 2010

Leadership

Rahasia Kepemimpinan
(Mengungkap kepemimpinan Genhis Khan)


Mongolia merupakan negara yang berada diposisi ditengah diantara negara –negara besar yang berkuasa. DIsebelah selatan terdapat China dengan wilayah dan penduduk yang sangat beasr, disebelah utara terdapat Ruassia, yang tidak jauh berbeda dengan kondisi china. Namun pada jaman keemasannya, Mongolia seakan telah menguasai paling tidak hampir 1/3 Dunia, yang pada saat itu Mogolia masih berada dibawah kepemimpinan Genhis Khan. 

Bagaimana Khan pada zaman tersebut dapat berpengaruh sangat kuat terhadap negaranya dan berhasil mengerahkan kekuatan untuk dapat menaklukkan banyak negara besar. Selain strategy perang yang telah berhasil mengangkat Mongolia sebagai negara penakluk, dibalik itu semua, kepemimpinan Khan memberikan inspirasi para peneliti dan menjadi bahan kajian penting bagi perkembangan ilmu dan seni memimpin, yang saat sekarang dikembangkan, untuk kepentingan yang tidak melulu berfokus kepada kepentingan kepemimpinan bagi dunia militer saja, tetapi juga berlaku bagi bidang lain yang mengelola Sumberdaya Manusia.



Bagaimana citra Genhis Khan menjadi sangat dikagumi, merupakan suatu cara tersendiri, sehingga citra tersebut mempengaruhi persepsi setiap pengamat dan peneliti. Sebuah cerita tentang Genhis Khan, telah mengarahkan semua pemikiran dan menjadi sebuah sumber tentang penampilan pemimpin yang berhasil sebagaimana keberhasilan Genhis Khan. Atau secara lebih mudah difahami, bahwa sebuah cerita dengan alur pemikiran yang diarahkan kepada hal-hal yang baik, akan dianggap sebagai sebuah data yang dapat mempengaruhi persepsi secara umum, yang dapat dikatakan sebagai sebuah metode mengendalikan pesan. Pesan yang diampaikan tentang kebijaksanaan dan keberhasilan, akan membawa citra tersebut menjadi dipercaya, atau sebaliknya, tetapi pesan tentang Genhis Khan telah menjadikan sebuah persepsi tentang kebesaran kepemimpinannya, yang juga sebagai kehendak Illahi.

Beberapa ciri yang dinilai sebagai kepemimpinan khas yang diterapkan oleh Genhis Khan yang membawa Negara Mongolia menjadi negara besar bahkan sebagai sebuah kekaisaran, dapat mengambarkan bagaimana Khan memimpin jaman itu.

Sebagai seorang pemimpin Khan tidak menolak orang lain membicarakan kekurangan dan kelemahannya. Keterbukaan atas pribadinya dengan mengakui bahwa tidak seorang manusia yang terlahir sempurna, selalu ada kelemahan dan kekurangan, yang boleh diketahui oleh orang lain, karena dengan mengetahui kelemahan dan kekurangan, seorang pemimpin memperoleh peluang untuk dapat memperbaiki diri dan kekepemimpinannya.

Menemukan sebuah Visi yang tepat, pada situasi yang tepat dan orang yang tepat serta mampu menggerakkan orang lain untuk mempercayai visi tersebut dan melaksanakannya.
Sebagai seorang pemimpin Khan selalu berusaha untuk menepai janji. Setiap kalimat yang diucapkan akan selalu dibuktikan, sebuah Integritas, apa yang diucapkan maka itulah yang dilakukan. Khan menyadari bahwa seorang pemimpin yang tidak dapat menepati dan tidak memegang sebuah janji, tidak akan memperoleh kepercayaan dari pengikutnya.

Khan selalu menempatkan diri seperti yang dirasakan dan dialami oleh pengikutnya, yang dalam istilah yang dikembangkan sebagai sebuah sikap untuk berbagi penderitaan. Dengan sikap ini pemimpin membaktikan diri kepada tujuan yang ingin dicapai, bersedia menderita demi para pengikutnya, demi orang –orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang menghindar dari penderitaan demi orang lain yang dipimpinnya, merupakan sebuah kegagalan dalam mempimpin.

Pemimpin berusaha untuk mengenali keterbatasan pada dirinya, dengan menyadari bahwa seorang pemimpin tidak hebat disegala bidang, selalu memiliki sisi lemah. Dengan mengetahui keterbatasan nya, pemimpin dapat memanfaatkan tenaga ahli mengisi kelemahan pemimpin sehingga, tujuan dapat dicapai. Fleksibel dalam menghadapi permasalahan, setiap permasalahan dapat dihadapi dan diselesaikan dengan pilihan opsi yang sesuai dan tepat.

Loyallitas. Setiap orang berhak menjadi tuan bagi dirinya sendiri, tidak menjadi keharusan seseorang untuk mengabdi kepada orang lain. Akan tetapi seseorang dapat menjadi pengikut dan mengabdi kepada orang lain bila orang lain tersebut dapat dipercaya, dapat mewujudkan impian dan harapannya, setidaknya loyalitas adalah sebuah hadiah yang diberikan kepada orang lain karena keadaan tertentu, dimana hadiah ini sulit ditemukan dan mudah hilang. Loyalitas dapat diikat dengan intergritas seseorang, melakukan apa yang diucapkannya. Pengikut akan loyal kepada pemimpin, selama pemimpin tetap menjaga integritas pribadinya, dapat memenuhi harapan dan mewujudkan impian para pengikutnya. Khan dapat mewujudkan ini.

Khan menerapkan aturan yang tegas, berlaku bagi setiap orang, berlaku bagi semua negara yang menjadi bagian territorinya. Aturan dibuat untuk diberlakukan kepada siapapun, berlaku bagi rakyat sampai pejabat, berlaku mulai prada sampai jenderal, tidak diskriminatif yang hanya berlaku bagi sekelompok atau golongan tertentu, dan tidak berlaku bagi kelompok lainnya. Ibarat pisau adalah pisau komando, tajam kesegala arah, bukan seperti pisau dapur, yang hanya tajam kebawah tetapi tumpul keatas.

Bersikap realistis, dengan mengetahui sumberdaya yang dimiliki, sehinggang tujuan yang diarah sesuai dengan kemampuan yang dapat dicapai oleh sumberdaya yang dapat dikerahkan, yang dapat dicapai secara bertahap. Dalam menghadapi situasi krisis sampai perang, tidak ada istilah kekebalan. Sumberdaya yang dimiliki hanya dapat mengatasi, menghadapi, melaksanakan tugas sebatas maksimal kemampuannya.

Pada situasi damai, berlatihlah untuk perang. Sebagai komunitas pemburu, setiap prajurit Mongol pada waktu tidak terjadi perang, senantiasa memanfaatkan waktu untuk meningkatkan ketrampilan dalam berburu, yang menunjang ketrampilan berperang. Seorang petinju, selama tidak ada pertandingan, senantiasa mempersiapkan diri dengan melakukan latihan agar siap menghadapi lawan selanjutnya. Setiap negara tidak pernah berharap untuk perang, tetapi bila tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh, maka harus siap melakukan perang dan harus menang, sehingga persiapan dengan latihan dan penyiapan sumber daya untuk mempertahankan negara harus disesuaikan dengan kemungkinan yang akan dihadapi.

Mewujudkan keinginannya, menjadi keinginan negara. Apabila pemimpin menginginkan pribadinya sejahtera, maka jadikan keinginan sejahtera tersebut menjadi acuan bagi pemimpin dalam mewujudkan kesejahteraan bagi bangsanya. Semua rintangan yang menghadang kepentingan harus dapat dihapuskan, agar tujuan dapat dicapai.

Memilih penerus, dengan melibatkan seluruh komponen, perdebatan yang terjadi atas pilihan pemimpin merupakan kontribusi dan keterlibatan, sehingga dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan penerus. Kelemahan dapat diperbaiki dan kekuatan dapat ditingkatkan dan dioptimalkan.

Manfaatkan yang terbaik. Tidak banyak pemimpin yang memanfaatkan tenaga terbaik disekitarnya, karena takut mereka yang terbaik akan menjadi ancaman. Sebuah pemikiran yang salah, mereka yang terbaik harus bermanfaat untuk menjadi kekuatan. Terbaik bukan hanya dari sisi kapabilitas, tetapi juga dedikasi, semangat, loyalitas, integritas dan pengabdiannya kepada negara, bukan mereka yang memanfaatkan kesempatan karena dekat dengan kekuasaan.

Gabungkan antara kejutan, terror dan kemurahan hati. Terapkan sesuai dengan situasi dan kepentingannya. Menyusun strategi tidak hanya 1 jenis, tetapi bervariasi, akan menciptakan kejutan untuk keberhasilan. Para pelaku pelanggararan, akan menerima hukuman untuk menciptakan ketakutan, dan yang berjasa memperoleh penghargaan. Dukungan akan datang untuk mencapai keberhasilan dan kemenangan.

Seorang pemimpin juga harus dapat dianggap sebagai seorang pemikir, bersikap bijaksana, sederhana, melayani dan tidak mementingkan diri sendiri. Apapun yang dilakukan didasari oleh kepentingan kesejahteraan rakyatnya.

Pemimpin yang rendah hati. Sikapnya tidak mendedikasikan agar menciptakan pemujaan atas dirinya, tetapi kepada tujuan, sebagai gabungan antara hasrat dan keinginan dengan profesionalisme, ambisi demi negara bukan ambisius untuk dirinya.

Buat rencana jangka panjang yang disepakati semua elemen, agar tujuan berjalan pada rute yang benar, jangan terjadi setiap pergantian pimpinan, arah berubah, yang menyebabkan tujuan tidak pernah dapat didicapai, karena selalu mulai dari awal, menganggap konsep sebelumnya tidak benar.

Pola kepemimpinan seperti itulah yang diterapkan oleh Genhis Khan yang membawa Mongolia menjadi sebuah kekaisaran di jamannya. Namun kepemimpinan ini masih berlaku dan dapat diterapkan pada setiap zaman, karena sifat manusia yang natural yang hanya dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan lengkungan, yang pada dasarnya sifat manusia tetap standar dari jaman ke jaman.

(Disadur dari buku Secret Leadership of Genhis Khan )

Tidak ada komentar: